Ramadhan in Gili Trawangan No Party No Bikini / Ramadhan di Gili Trawangan No Party No Bikini / Cv. Albabianca Abadi

(English/Indonesia)

The month of Ramadan is used as a momentum by all Muslims to worship in a solemn, hunger-tolerant way to lust become an annual routine. Of course somewhat different, when running fast in a region half occupied by foreign tourists (tourists). 

Differences in culture, culture, until the faith as if a challenge for local Muslim community. At least that will be passed by the community in Gili Trawangan, Gili Indah Village, District Winner, North Lombok (KLU) until the next month. Apparently, the implementation of fasting this year on the exotic island is not much different as in previous years. 

Where in the process, a number of bars that host parties almost every night are now strictly prohibited. Usually the government limits party hours for example from 00.00 Wita to 02.00 Wita, but during Ramadan no party in Trawangan. In addition to respecting the people who are running fast, the ban party when Ramadan has been applied since tens of years ago.


The government considers employers and workers who are making a living should really understand about this. Not that entrepreneurs are prohibited from doing entertainment activities that make them seem to die suspended. Another thing that is prohibited, namely the tourists or "bule" should not use minimal clothing. 

Caucasians wearing bikinis should use them according to the place (eg beach), because Gili Trawangan people increase their faith. On ordinary days almost all foreign tourists always use bikini walking casually on the sidewalk, beach, until entering the village. Shape only covered with a thin cloth that makes the eyes become bulging. 

But during Ramadan it is strictly forbidden. The prohibition of using bikinis in the township was reinforced by placing the signposts with an English appeal. If there is still a violation, the local village will reprimand the concerned.


      Then, what about a number of restaurants that want to serve the tourists ??? 

According to the government, activities continue to run normally, but the intensity can be reduced and more closed. Such as restaurants, cafes and the like can still serve the guests as usual, but the government also hopes that eating do not arbitrarily, as on the side of the road it should not be. 

Not only that, another ban imposed by the Gili Indah Village when Ramadan that there should be no firecrackers or firecrackers are sounded during day and night. Firecracker sales are strictly prohibited by the Village, to ensure noise that interferes with safety and comfort. 

If anyone is caught selling or firing the firecrackers the government will follow up, therefore this has been coordinated with Pospol. There are a number of agreements that have been agreed with villages, employers, religious leaders, communities, and youth. Among them, set the schedule and hours for live music in some bars. 

Similarly with the stalls in Gili Trawangan, for the music bar held at 21:00 pm after Tarawih prayers until 00.00 pm, with a voice that is not too hard and for the shop must open and serve the buyer at 17:00 pm. On the security side alone, youth and youth will continue to work together in terms of patrolling and patrolling for control as agreed agreements.

For Indonesia (Business Investment / Asset Management / Account Opening / Immigration Support, etc) we receive various consultations. Linking Japan and Indonesia, full support from consulting firms.

[Cv. Albabianca Abadi]
Email: albabianca.abadi@gmail.com

#gili
#gilitrawangan

#lombokproperti
_________________________________________________________________________________

Bulan Ramadhan dijadikan momentum oleh seluruh umat muslim untuk beribadah secara khusyuk, menahan lapar hingga hawa nafsu menjadi rutinitas tahunan. Tentu agak berbeda, manakala menjalankan puasa disebuah wilayah yang setengahnya dihuni oleh para wisatawan mancanegara (wisman).

Perbedaan kultur, budaya, hingga keyakinan seakan jadi tantangan tersendiri bagi masyarakat muslim setempat. Setidaknya itulah yang akan dilalui oleh masyarakat di Gili Trawangan, Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara (KLU) hingga sebulan kedepan. Sepertinya, pelaksanaan ibadah puasa tahun ini di pulau eksotik tersebut tidak jauh berbeda seperti tahun-tahun sebelumnya.

Di mana dalam prosesnya, sejumlah bar yang mengadakan party (pesta) hampir setiap malam, kini dilarang keras. Biasanya pemerintah membatasi jam-jam party misalnya dari pukul 00.00 Wita hingga 02.00 Wita, tetapi selama Ramadhan tidak ada party di Trawangan. Selain untuk menghormati masyarakat yang tengah menjalankan ibadah puasa, pelarangan party ketika Ramadhan sudah diterapkan sejak puluhan tahun silam.


Pemerintah beranggapan pengusaha maupun pekerja yang tengah mencari nafkah harusnya paham betul mengenai ini. Bukan berarti pengusaha dilarang melakukan kegiatan hiburan yang membuat mereka seakan mati suri. Hal lain yang dilarang, yakni para wisman atau “bule” tidak boleh menggunakan pakaian minim.

Bule yang pakai bikini harus menggunakannya sesuai tempat (misalnya pantai), karena supaya masyarakat Gili Trawangan meningkatkan keimanannya. Pada hari-hari biasa nyaris semua wisman selalu menggunakan bikini berjalan santai di trotoar, tepi pantai, hingga masuk di perkampungan. Bentuk tubuhnya hanya ditutupi seutas kain tipis yang membuat mata jadi melotot.

Tetapi selama bulan Ramadhan ini dilarang keras. Larangan menggunakan bikini di perkampungan dipertegas lagi dengan memasang plang-plang bersifat imbauan dengan bahasa Inggris. Jika masih ada yang melanggar, pihak desa setempat akan menegur yang bersangkutan.

        Kemudian, bagaimana dengan sejumlah restoran yang hendak melayani para wisatawan ??? 

Menurut pemerintah, aktifitas tetap berjalan seperti biasanya hanya saja intensitasnya bisa dikurangi dan lebih tertutup. Seperti restoran, cafe dan sejenis tetap bisa melayani tamu seperti biasa, tetapi pemerintah juga berharap kalau makan jangan seenaknya, seperti di pinggir jalan itu tidak boleh.

Bukan itu saja, larangan lain yang diterapkan oleh pihak Desa Gili Indah ketika Ramadhan yakni tidak boleh ada satu petasan atau mercon yang dibunyikan ketika siang maupun malam hari. Penjualan petasan dilarang keras oleh Desa, untuk memastikan bunyi-bunyi bising yang mengganggu keamanan dan kenyamanan.

Jika ada yang ketahuan menjual ataupun membunyikan petasan pemerintah akan menindaklanjuti, maka dari itu hal ini sudah dikoordinasi dengan Pospol. Ada sejumlah kesepakatan yang telah disetujui dengan desa, pengusaha, tokoh agama, masyarakat, hingga pemuda. Diantaranya, diatur jadwal maupun jam tayang untuk live musik dibeberapa bar.

Demikian halnya dengan warung-warung di Gili Trawangan, untuk musik bar digelar pukul 21.00 Wita sehabis salat Tarawih sampai pukul 00.00 wita, dengan suara yang tidak terlalu keras dan untuk warung wajib buka dan melayani pembeli pada pukul 17.00 Wita. Dari sisi keamanan sendiri, pemuda dan karang taruna akan tetap bekerjasama dalam hal ronda dan patroli untuk penertiban sebagaimana kesepakatan yang telah disetujui. 

Untuk Indonesia (investasi bisnis / aset managemen / pembukaan rekening / imigrasi, dll) kami menerima berbagai konsultasi. Menghubungkan Jepang dan Indonesia, dukungan penuh dari perusahaan konsultan.

Cv. Albabianca Abadi
Email: albabianca.abadi@gmail.com

#gili
#gilitrawangan
#lombokproperti

Comments

Popular posts from this blog

Fund For Waste Water Treatment Plant Network In Gili Trawangan / Untuk Jaringan Instalasi Pengolahan Air Limbah Di Gili Trawangan / Cv Albabianca Abadi

Gili Trawangan Island Pollution Free / Gili Trawangan Pulau Bebas Polusi / Cv. Albabianca Abadi

The Shape of the Statue in Gili Meno will be Changed / Bentuk Patung Di Gili Meno Akan Diubah / Cv. Albabianca